Keluarga.

Perkenalkan, nama saya, Ulfatul Laily, terlahir dari rahim seorang Ibu hebat yang bernama Wilyani, dan Bapak hebat yang bernama Sutiono. Saya dilahirkan di Surabaya, 8 April 1998, tepatnya lahir pukul 2 malam, benar Ibu memberi nama “Laily” yang berarti, Malam. Saya anak ketiga dari lima bersaudara. Yang pertama dan kedua kakak laki-laki, ketiga, saya, keempat adik perempuan, dan kelima adik laki-laki. Kami sekeluarga beranggotakan tujuh orang yang selalu dalam lindungan Allah SWT. Semoga.

Tapi lain halnya, keluarga kami sekarang beranggotakan sembilan orang, karena kakak laki-laki saya sudah menikah, dan Alhamdulillah dikarunia seorang putri sholihah yang sangat menggemaskan.

Dan, kenapa saya menulis judul itu, bahwasannya, keluarga adalah bagian terpenting dalam hidup. Karena sesuatu yang menimpa kita kali pertama, bahkan sesering apapun, keluarga-lah yang selalu ada untuk kita. Yang selalu menerima kekurangan dalam hal apapun. Terutama Ibu, kenapa saya menyebut Ibu, kenapa bukan Bapak dulu? Karena Ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, mendidik, dan membesarkan.

Begitu besar pengorbanan seorang Ibu, hingga tak ternilai. Dan, dari Abu Hurairah RA., Rasulullah pernah menjawab pertanyaan dari seseorang yang mendatanginya. Yang pertanyaannya selalu sama, yaitu: “Wahai Rasulullah, pada siapakah aku harus berbakti pertama kali?”, lalu Rasulullah menjawab: “Ibumu!”, pertanyaan itu diulang tiga kali hingga dijawab dengan jawaban yang sama oleh Rasulullah SAW.

Begitu pula ada hadits yang mengatakan: “Aljannatu tahta aqdaamil ummahaaat.” yang artinya, Surga itu berada dibawah telapak kaki para Ibu. Jadi sudah jelas untuk berbakti kepada Ibu, yang lebih utama. Bukan berarti Bapak tidak termasuk dalam kategori kita tidak menghargai beliau. Tetapi kembali pada bahasan awal, Ibu, Ibu, Ibu.

“Apa jadinya aku andai kamu tak ada, tanpa kamu aku bukan apa-apa, dan aku sangat butuh, dan aku ingin selalu kau sentuh, karena kamu, yang bisa menyelamatkanku, cuma kamu yang mampu mengendalikan aku, kamu, satu. Apa artinya dunia bila kau tak senyum, tanpa cintamu aku pasti, mati..” lirik lagu dikutip dari band favorit saya, Slank – #1

Kedua, Bapak.

Bapak adalah lelaki yang sangat saya cintai, demi Allah ini bukan wacana! Hanya saja teramat bahagia, karena diberikan sosok Bapak yang luar biasa. Luar biasa dalam artian mengopeni saya selama ini, hingga saya berusia 19 tahun, waktu yang sangat lama, dengan sabarnya, Bapak yang selalu membuka lebar telinganya untuk mendengarkan saya bercerita hingga keluh kesah, tidak lelah juga menjawab berjuta-juta pertanyaan dikepala saya waktu itu yang masih polos dan belum mengenal apapun. Saya anak ketiga yang diakui lebih banyak omong. Terutama pada Bapak, selalu ada bahan omongan jika bertemu, bahkan hal tidak penting kami bahas sekalipun.

Pernah suatu ketika Ibu menceritakan betapa sayangnya Bapak pada saya. Waktu masih kecil, ketika ingus saya keluar, bapak-lah yang menyedotnya. Terlihat menjijikkan, memang. Tetapi haru bagi saya jika membayangkan betapa Bapak dengan tulusnya rela melalukan apa saja. Jika saya diposisi beliau mungkin saya menolaknya. Termasuk membersihkan kotoran waktu kecil (jika Ibu sedang pergi). Memang terlihat wajar jika semua yang dilakukan beliau termasuk tugas orangtua. Tapi, tetap, bagi saya, mereka adalah orangtua yang selalu, selalu, dan selalu saya cintai. Bapak dan Ibu. Keduanya, sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari saya.

Jika salah, mereka menasihati dengan tutur kata yang baik. Hanya sikap saya yang seringkali membuat situasi menjadi gemuruh, emosi yang tidak terkontrol, susah mengendalikan ego.

Keluarga bagi saya, tempat kembali. Sejauh apapun pergi, selalu, Keluarga-lah tempat saya pulang.

Sekali lagi, saya mencintai Keluarga.